“Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“ (Albert Einstein). "Jika ingin menjadi seorang peneliti, maka jadilah peneliti yang menapak bumi jangan jadi peneliti yang hanya pintar di atas meja".

Senin, 26 Maret 2012

Pergeseran Pandangan Manusia Tentang Alam

                                                        Arsip di 4 Februari 2009

Hutan merupakan sumber daya alam yang melimpah dengan keanekaragaman kehidupan yang tiada duanya. Hutan merupakan suatu ekosistem yang menyimpan makna dibalik kemegahannya, sebagai suatu anugrah Tuhan YME, yang tiada terhitung nikmatnya. Flora, fauna dan komponen-komponen lainya seperti iklim, air serta udara segar, menandakan dinamika keasrian yang harmonis. Keanekargaman pohon yang berdiri kokoh menyimpan berjuta manfaat yang dapat dihitung tidak hanya secara materil tetapi juga imateril. Misteri yang terkandung didalamnya mencerminkan warisan yang tak ternilai harganya.

Kemegahan sang rimba kian hari kian luntur, seperti sebuah kutukan yang tidak henti-hentinya dan tidak tahu kapan akan berakhir. Bencana alam silih berganti menegur manusia yang lalai menjaga berkah sang kuasa. Semuanya berawal ketika ilmu pengetahuan baru mulai bermunculan. Menurut Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, dalam pendahuluan mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan (23 Februari 2007), mengemukakan, bahwa: Sejarah pandangan manusia tentang alam mulai berubah, dimulai ketika pertama manusia hidup bersama alam, keduanya hidup berdampingan secara harmonis. Alam memiliki keterbatasan sehingga kebutuhan manusia harus dapat dikendalikan. Kedua, manusia mendominasi alam. Alam dianggap sebagai objek eksploitasi untuk memenuhi keperluan manusia yang semakin besar. Munculnya paham mekanistis reduksionis, yang beranggapan bahwa alam dianggap tidak terbatas, kelangkaan dapat diatasi dengan teknologi yang terus berkembang. Segala hal dianggap menjadi mudah, semudah membalikan telapak tangan. Eksploitasi besar– besaran menyebabkan kerusakan yang amat fatal sehingga sekarang memunculkan pandangan ketiga, yaitu alam mendominasi manusia. Manusia mulai memahami bahwa kapan pun dan bagaimanapun kemampuan manusia akhirnya alamlah yang memutuskan dan bertindak bagi manusia. Jadi, manusia harus tunduk pada ketentuan atau kemampuan alam.

Tampaklah kiranya diera sekarang, pandangan mana yang banyak dianut oleh kita ? Tidak perlu dijawab, semua tampak jelas, di depan mata kita, Bencana alam yang terjadi, merupakan jawaban, ke arah mana pandagan kita berkiblat.

Tidak ada komentar: