“Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“ (Albert Einstein). "Jika ingin menjadi seorang peneliti, maka jadilah peneliti yang menapak bumi jangan jadi peneliti yang hanya pintar di atas meja".

Kamis, 31 Maret 2011

KAJIAN EKONOMI KULIT PULAI (Alstonia Scholaris) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT HIPERTENSI (ANTIHIPERTENSI) DI PROPINSI JAWA TENGAH

 Oleh :
Rachman Effendi dan Anita Hafsari
ABSTRAK
Pulai dikenal denganbaba’an pulai memiliki khasiat sebagai obat (salah satunya obat hipertensi) dan digunakan sebagai bahan baku obat tradisional/jamu. Bahan yang digunakan adalah kulit pulai. Prospek kulit pulai sebagai bahan baku obat hipertensi secara ekonomi belum dapat diketahui. Untuk itu dilakukan kajian secara ekonomi, yang bertujuan untuk melihat prospek pasar kulit pulai sebagai obat hipertensi. Kajian ekonomi ini dilakukan melalui analisis kelayakan usaha dan tata niaga kulit pulai. Kajian dilakukan selama 3 bulan mulai pada bulan Agustus s.d Oktober 2010 di Jawa Tengah.
            Hasil penelitian menunjukan bahwa rantai tataniaga kulit pulai di Jawa Tengah, melibatkan 7 pelaku yaitu masyarakat pengumpul tanaman obat, pedagang pengumpul, pedagang eceran, pedagang besar, industri rumah tangga, industri jamu dan konsumen akhir. Pemasaran kulit terdiri dari 3 saluran yaitu: Saluran 1: masyarakat pengumpul-pedagang pengumpul-pedagang besar-industri jamu-konsumen akhir; Saluran 2: masyarakat pengumpul-pedagang pengecer-industri rumah tangga-konsumen akhir; Saluran 3: masyarakat pengumpul-pedagang pengumpul-industri jamu-konsumen akhir. Dari ketiga saluran pemasaran tersebut, saluran yang paling efisien adalah saluran kedua, dimana farmer share yang dihasilkan lebih tinggi yaitu 80 %, jika dibandingkan dengan saluran lainnya. Hal ini berarti bahwa nilai keuntungan yang didapatkan masyarakat pengumpul tanaman obat sangat tinggi. Sedangkan untuk analisis kelayakan usaha kulit pulai di Jawa Tengah saat ini belum dapat dilakukan mengingat di Jawa Tengah belum ada budidaya tanaman pulai yang khusus untuk memenuhi kebutuhan industri jamu dan konteks masyarakat terhadap pulai masih sebatas kayu, pasokan kulit pulai untuk kebutuhan industri masih berasal dari hutan. Prospek pasar kulit pulai saat ini kurang begitu bagus, mengingat dalam industri jamu kulit pulai hanya berfungsi sebagai pelengkap (dibutuhkan dalam jumlah sedikit), bukan bahan baku utama dan keberadaannya masih dapat digantikan oleh bahan baku lain.

Kata kunci: biofarmaka, hipertensi, kelayakan usaha, pulai dan tataniaga 

Publikasi: Jurnal Hutan Tanamn

Tidak ada komentar: